1.
PENDAHULUAN
Setiap orang membutuhkan istirahat dan tidur agar
dapat mempertahankan status kesehatan pada tingkat yang optimal. Selain itu,
proses tidur dapat memperbaiki berbagai sel dalam tubuh.
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat
penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat memperbaiki kerusakan
pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut cukup, maka jumlah
energi yang diharapkan untuk memulihkan status kesehatan dan mempertahankan
kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi. Selain itu, orang yang
mengalami kelelahan juga membutuhkan istirahat dan tidur lebih dari biasanya.
2.
URAIAN
MATERI
2.1Istirahat
Istirahat merupakan
keadaan rilaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak
beraktivitas tetapi juga kondisi yang membutuhkan ketenangan. Kata istirahat
berarti berhenti sebentar untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan
diri, atau semua keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan,
menyulitkan, bahkan menjengkelkan.
2.1.1 Karakteristik
Istirahat
Karakteristik yang berhubungan dengan
istirahat, menurut Narrow (1967) yang dikutip oleh Perry dan Potter 1993,
diantaranya:
a) Merasakan
bahwa segala sesuatu dapat diatasi
b) Merasa
diterima
c) Mengetahui
apa yang sedang terjadi
d) Bebas
dari gangguan ketidaknyamanan
e) Mempunyai
sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan
f) Mengetahui
adanya bantuan sewaktu memerlukan
2.2
Tidur
Tidur merupakan kondisi
tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai
(Guyton, 1986), atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri
yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketegangan tanpa kegiatan, tetapi lebih
merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang
minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan proses
fisiologis, dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.
Tanda tanda
kehidupan seperti kesadaran, puls, dan frekuensi pernapasan mengalami perubahan. Dalam tidur normal
biasanya fungsi saraf motorik juga saraf
sensorik untuk kegiatan yang memerlukan koordinasi dengan
sistem saraf pusat akan diblokade, sehingga pada saat tidur cenderung tidak
bergerak dan daya tanggap pun berkurang.
Fase peralihan dari sadar ke tidur disebut sebagai pradormitium
dan fase peralihan dari tidur kembali ke sadar disebut sebagai postdormitium.
2.2.1
Fisiologi Tidur
Fisiologi tidur
merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan mekanisme serebral
yang secara bergantian untuk mengaktifkan dan menekan pusat otak agar dapat
tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis yang merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan
kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat
pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan
bagian atas pons. Selain itu, reticular
activating system (RAS) dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran,
nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulus dari korteks serebri termasuk
rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan
melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur,
kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum serotinin dari sel khusus yang
berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun tergantung
dari keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan sistem limbik. Dengan
demikian, sistem pada batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam
tidur adalah RAS dan BSR.
2.2.2
Jenis-jenis Tidur
Jenis-jenis tidur, diantaranya:
1) Tidur
gelombang lambat (slow wave sleep)
atau tidur non rapid eye movement
(NREM), yaitu tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam sistem
pengaktivasi reticularis. Tidur jenis ini juga dikenal dengan tidur yang dalam,
istirahat penuh, atau tiduk nyenyak. Hal ini terjadi karena gelombang otak
bergerak sangat lambat, sehingga menyebabkan tidur tanpa bermimpi.
Tahapan tidur jenis gelombang lambat:
a. Tahap
I
Merupakan tahap transisi antara bangun
dan tidur dengan ciri sebagai berikut: rileks, masih sadar dengan lingkungan,
merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping. Frekuensi nadi
dan napas sedikit menurun, dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung
selama 5 menit.
b. Tahap
II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses
tubuh terus menurun dengan ciri sebagai berikut: mata pada umumnya menetap,
denyut jantung dan frekuensi napas menurun, temperatur tubuh menurun,
metabolisme menurun, berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.
c. Tahap
III
Merupakan tahap tidur dengan ciri:
denyut nadi dan frekuensi napas dan proses tubuh lainnya lambat, disebabkan
oleh adanya dominasi sistem saraf parasimpatis dan sulit untuk bangun.
d. Tahap
IV
Merupakan tahap tidur dalam dengan ciri:
kecepatan jantung dan pernapasan turun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan,
gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun, dan tonus otot menurun.
2) Tidur
paradoks atau tidur rapid eye movement
(REM), yaitu tidur yang disebabkan oleh penyaluran abnormal dari
isyarat-isyarat dalam otak meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara
berarti. Tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama
5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 80-100
menit, akan tetapi apabila kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur sangat
cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada.
Ciri-ciri tidur paradoks:
a) Biasanya
disertai dengan mimpi aktif
b) Lebih
sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak gelombang lambat
c) Tonus
otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan inhibisi kuat proyeksi
spinal atas sistem pengaktivasi retikularis
d) Frekuensi
jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur
e) Pada
otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur
f) Mata
cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah meningkat
atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme meningkat
g) Tidur
ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar,
memori, dan adaptasi
2.2.3
Fungsi dan Tujuan Tidur
Fungsi tidur yaitu digunakan untuk
menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan mengurangi setres pada paru,
kadiovaskular, endokrin dan lain sebagainya. Secara umum terdapat dua efek
fisiologis dari tidur, yaitu:
1.
Efek pada sistem saraf yang
diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara
berbagai susunan saraf.
2.
Efek pada struktur tubuh dengan
memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi
penurunan.
2.2.4
Kebutuhan Tidur
Kebutuhan tidur pada manusia bergantung
pada tingkat perkembangan yaitu:
Usia Tingkat
Perkembangan Jumlah
Kebutuhan
0-1 bulan Masa neonates 14-18 jam/hari
1 bulan-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari
18 bulan-3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari
3 tahun-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari
6 tahun-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari
12 tahun-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari
18 tahun-40 tahun Masa dewasa muda 7-8 jam/hari
40 tahun-60 tahun Masa paruh baya 7 jam/hari
60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari
2.2.5
Faktor-faktor yang Mempengaruhi tidur
a. Penyakit
Banyak penyakit yang dapat memperbesar
kebutuhan tidur, seperti penyakit yang disebabkan oleh infeksi, terutama
infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan dengan keletihan, sehingga penderita
membutuhkan lebih banyak waktu tidur untuk mengatasinya
b. Latihan
dan Kelelahan
Keletihan akibat aktivitas yang tinggi
dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang
telah dikeluarkan
c. Stres
Psikologis
Kondisi psikologis dapat terjadi pada
seseorang akibat ketegangan jiwa, hal tersebut telihat ketika seseorang
memiliki masalah psikologis mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.
d. Obat
Beberapa jenis obat yang dapat
mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat diuretik menyebabkan
seseorang insomnia, anti depresan dapat menekan REM, kafein dapat meningkatkan
saraf simpatis yang menyebabkan kesulitan untuk tidur.
e. Nutrisi
Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang
cukup dapat mempercepat proses tidur, contohnya yiatu protein yang tinggi dapat
mempercepat terjadinya proses tidur, Karena adanya trypthopan yang merupakan
asam amino dari protein yang dicerna. Sebaliknya, kekurangan nutrisi juga dapat
menghambat proses tidur bahkan sulit untuk tidur.
f. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman
bagi seseorang dapat mempercepat terjadinya proses tidur. Sebaliknya,
lingkungan yang tidak aman dan nyaman bagi seseorang menyebabkan hilangnya
ketenangan sehingga memengaruhi proses tidur
g.
Motivasi Stres Psikologis
Kondisi psikologis dapat terjadi pada
seseorang akibat ketegangan jiwa, hal tersebut telihat ketika seseorang
memiliki masalah psikologis mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.
2.2.6
Gangguan/ Masalah Kebutuhan Tidur
1) Insomnia
Insomnia merupakan suatu keadaan
ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kulaitas maupun kuantitas,
dengan keadaan tidur yang hanya sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Inisial
insomnia merupakan ketidakmampuan untuk jatuh tidur atau mengawali tidur.
b. Intermiten
insomnia merupakan ketidakmampuan tetap
tidur karena selalu terbangun pada malam hari.
c. Terminal
insomnia merupakan ketidak mampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur
pada malam hari, gangguan ini kemungkinan besar disebabkan oleh adanya rasa
khawatir, tekanan jiwa ataupun stress.
2) Hipersomnia
Hipersomnia merupakan gangguan tidur
dengan kriteria tidur berlebihan, pada umumnya lebih dari Sembilan jam pada
malam hari, disebabkan oleh adanya masalah psikologis, depresi, kecemasan,
ganguan susunan saraf pusat, ginjal, hati, dan gangguan metabolisme.
3) Parasomnia
Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang
dapat mengganggu pola tidur, seperti somnambulisme atau berjalan jalan dalam
tidur.
4) Enuresis
Enuresis merupakan buang air kecil yang tidak
disengaja pada waktu tidur atau biasa disebut dengan istilah Mengompol. Enuresa
dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Enuresa
nokturnal merupakan mengompol pada waktu tidur
b. Enuresa
diurnal merupakan mengompol pada saat bangun tidur.
5)
Apnea tidur dan mendengkur
Mendengkur
disebabkan oleh adanya rintangan dalam pengaliran udara di mulut dan hidung
pada waktu tidur, disebabkan oleh adanya adenoid, amandel, atau mengendurnya
otot debelakang mulut, terjadinya apnea dapat mengacaukan jalannya pernapasan
sehingga dapat mengakibatkan nafas berhenti.
6)
Narkolepsi
Narcolepsi merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur, misalnya tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau disaat sedang membicarakan sesuatu.
Narcolepsi merupakan keadaan tidak dapat mengendalikan diri untuk tidur, misalnya tertidur dalam keadaan berdiri, mengemudikan kendaraan, atau disaat sedang membicarakan sesuatu.
7) Mengigau
mengigau merupakan suatu gangguan tidur bila terjadi suatu terlalu sering dan diluar kebiasaan, menyebabkan kualitas dan kebutuhan tidur berkurang , sehingga dapat mengganggu fungsi organ dalaam tubuh (perbaikan sel) dan dapat mudah menyebabkan masalah psikologis.
mengigau merupakan suatu gangguan tidur bila terjadi suatu terlalu sering dan diluar kebiasaan, menyebabkan kualitas dan kebutuhan tidur berkurang , sehingga dapat mengganggu fungsi organ dalaam tubuh (perbaikan sel) dan dapat mudah menyebabkan masalah psikologis.
8)
Gangguan pola tidur secara umum
Gangguan pola
tidur secara umum merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami atau
mempunyai risiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola istirahat, yang
menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan
(carpenito, LJ, 1995).
3.
KESIMPULAN
Pada hakikatnya istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar semua orang.
Setiap orang tentu mempunyai kebutuhan istirahat dan tidur yang berbeda-beda.
Jika kita menjaga kebutuhan istirahat dan tidur kita sesuai dengan kebutuhan,
yaitu dengan pola istirahat dan tidur yang baik, benar, dan teratur akan
memberikan keseimbangan dan respon yang baik terhadap kesehatan tubuh dan cara
kerja otak, dengan kondisi jiwa dan fisik yang sehat maka dapat melakukan
berbagai kegiatan dengan baik. Hal tersebut dapat membuat organ tubuh kita
teratur dengan baik dan bisa menciptakan aktivitas yang baik juga, efek fisiologis terhadap sistem syaraf yang
di perkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara
susunan saraf, serta berefek terhadap struktur tubuh dengan memulihkankesegaran
dan fungsi organ tubuh.
4.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimul H, Aziz A. 2009.
Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: Salemba Medika
Uliyah, Musrifatul.
Alimul H AA. 2009. Keterampilan Dasar
Praktik Klinik
Untuk
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
iki/Tidurhttps://www.wyethindonesia.com/know-how/kehamilan-awal/menjaga-diri-anda/istirahat-dan-tidur/information
Tidak ada komentar:
Posting Komentar