BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan
dalam kehamilan dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain dengan adanya kelainan malpresentasi
malposisi. Sepeti Presentasi dahi ialah keadaan dimana
kedudukan kepala berada diantara fleksi maksimal, sehingga dahi merupakan
bagian terendah. Letak muka adalah letak kepala dengan defleksi maksimal,
hingga occiput mengenai punggung dan muka terarah ke bawah. Presentasi ganda
terjadi bila ekstremitas (bagian kecil janin) prolaps disamping bagian terendah
janin. Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian
terendah (presentasi bokong). Distosia bahu setelah melahirkan kepala, akan
terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala berada pada sumbu normal
dengan tulang belakang. Bahu pada
umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) dibawah ramus pubis. Dorongan
pada saat ibu mengedan akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada dibawah
pubis. Bila bahu gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu
miring panggul dan tetap berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang
besar akan terjadi benturan bahu depan terhadap simpisis. intra uterine. Diagnosa presentasi
ganda terjadi
jika prolaps tangan bersama dengan bagian terendah janin, lengan yang mengalami
prolaps dan kepala janin terdapat di rongga panggul secara bergantian. Ibu
hamil dengan presentasi ganda di wilayah Banten tahun 2007 sebanyak 2 orang,
tahun 2008 sebanyak 2 orang dan tahun 2009 (sampai dengan bulan agustus)
sebanyak 3 orang. Ibu hamil dengan faktor resiko usia kurang dari 20 tahun di
Banten pada 2007 adalah 38 orang (%) dan pada tahun 2009 (sampai bulan agustus)
adalah 40 orang (%)
1.2 Rumusan Masalah
- Apa pengertian malpresentasi dan malposisi?
- Apa yang dimaksud dengan presentasi dahi?
- Sebutkan tanda gejala presentasi dahi!
- Sebutkan penanganan pada presentasi dahi!
- Apa yang dimaksud dengan presentasi muka?
- Apa yang dimaksud dengan presentasi ganda?
- Sebutkan tanda gejala presentasi ganda!
- Sebutkan penanganan pada presentasi ganda!
- Apa yang dimaksud dengan presentasi bokong?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian malpresentasi
dan malposisi
2. Mengetahui pengertian presentasi
dahi
3. Menyebutkan tanda gejala presentasi
dahi
4. Mengetahui cara penanganan pada
presentasi dahi
5. Mengetahui pengertian presentasi
muka
6. Mengetahui pengertian presentasi
ganda
7. Menyebutkan tanda gejala pada
presentasi ganda
8. Mengetahui cara penanganan pada
presentasi ganda
9. Mengetahui pengertian presentasi
bokong
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Malpresentasi
dan Malposisi
Malpresentasi adalah semua presentasi
janin selain vertex sementara malposisi adalah posisi kepala janin relatif
terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik referensi, masalah; janin yang
dalam keadaan malpresentasi dan malposisi kemungkinan menyebabkan partus lama
atau partus macet. (Rukiyah. 2010)
Malposisi merupakan posisi abnormal dari
vertex kepala janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul
ibu. Malpresentasi adalah semua presentasi lain dari janin selain presentasi
vertex (Prawirohardjo.2011)
Pemeriksaan umum:
(1) Lakukan
evaluasi cepat kondisi ibu termasuk tanda vital
(2) Lakukan
evaluasi kondisi janin:
a.
Dengarkan DJJ atau CTG, selama dan
segera sesudah kontraksi. Hitung DJJ selama satu menit penuh minimal setiap 30
menit dalam fase aktif dan setiap 5 menit dalam kala dua.
b.
Bila ketuban pecah, lihat warna air
ketuban. Bila didapatkan mekonium awasi lebih ketat atau lakukan intervensi.
Dan bila tidak ada cairan ketuban atau oligohidramnion pada saat ketuban pecah
menandakan adanya pengurangan jumlah air ketuban yang ada hubungannya dengan
gawat janin
c.
Pemberian bantuan secara umum pada ibu
inpartu akan memperbaiki kontraksi atau mempercepat kemajuan persalinan:
(a) Berikan
dukungan emosi dan dorongan mental. Anjurkan berjalan, duduk atau merubah
posisi
(b) Berikan
massase dan air hangat
(c) Berikan
minuman atau cairan intravena yang cukup dan anjurkan kencing
(d) Lakukan
penilaian kemajuan persalinan memakai partograf
(e) Bila
terjadi partus lama lakukan penatalaksanaan secara spesifik sesuai dengan
keadaan malposisi dan malpresentasi yang didapatkan (Saifuddin, 2001)
(f) Untuk
menegakan diagnose lakukan penilaian klinik untuk menentukan bagian terendah
janin: bila bagian terendah kepala lakukan evaluasi posisi kepala janin; posisi
oksiput transversal atau anterior adalah keadaan normal, bila terjadi fleksi
maka oksiput lebih rendah dari pada sisiput.
Menentukan
bagian terendah janin:
2.1.1
Malpresentasi dan malposisi meliputi
diagnostic dan penanganan umum/khusus mengenai:
2.1.1.1 Presentasi
dahi
Presentasi dahi ialah keadaan dimana
kedudukan kepala berada diantara fleksi maksimal, sehingga dahi merupakan
bagian terendah.
Pada presentasi dahi, biasanya kepala
tidak turun dan persalinan macet. Konversi spontan kearah presentasi verteks
atau muka jarang terjadi, khususnya jika janin mati atau kecil. Konversi
spontan biasanya jarang terjadi pada janin hidup dengan ukuran normal jika
ketuban telah pecah (sarwono.prawirohardjo.2011)
1.
Tanda dan gejela:
1) Presentasi dahi terjadi karena
ekstensi parsial kepala janin sehingga terletak lebih tinggi dari sinsiput
2) Pada abdomen, kepala janin 3/5 di
atas simfisis pubis. Oksiput lebih tinggi dari sinsiput.
3) Pada pemeriksaan vagina, teraba
fontanella anterior dan orbita.
2.
Penanganan:
a.
Jika janin hidup, lakukan seksio sesarea
b. Jika
janin mati dan pembukaan serviks
a) Tidak
lengkap, lakukan seksio sesarea
b) Lengkap,
lakukan kraniotomi
c. Jika
tidak terampil melakukan kranoitomi, lakukan seksio sesarea.
Pada permulaan persalinan, diagnosis
prentasi dahi sulit ditegakkan. Pemeriksaan luar memberikan hasil seperti pada
presentasi muka, tetapi pada bagian kepala tidak seberapa menonjol. Denyut
jantung janin jauh lebih jelas didengar debagian dada, yaitu disebelah yang
sama dengan bagian-bagian kecil.
Sebab terjadinya presentasi dahi sama
seperti terjadinya presentasi muka
Prentasi dahi dengan ukuran panggul dan
janin yang normal, tidak akan dapat lahir spontan pervaginam, sehingga harus
dilahirkan dengan secsio sesaria.
2.1.1.2 Presentasi
muka
Letak muka adalah letak kepala dengan
defleksi maksimal, hingga occiput mengenai punggung dan muka terarah ke bawah.
Dagu berfungsi sebagai indicator posisi
kepala. Dalam hal ini, sangat penting untuk membedakan posisi dagu depan,
dimana dagu terletak dibagian depan pada rongga panggul ibu, dengan posisi dagu
belakang. (sarwono.prawirohardjo.2011)
Pada pemeriksaan luar dada akan teraba
seperti punggung. Bila muka sudah masuk ke dalam rongga panggul, jari pemeriksa
dapat meraba dagu, mulut, hidung dan pinggir orbita.
Pemeriksaan harus dilakukan dengan
hati-hati, sehingga tidak melukai mata dan mulut. Hal ini disebabkan karena
keadaan yang memaksa terjadinya defleksi kepala atau keadaan yang menghalangi
terjadinya fleksi kepala. Oleh karena itu janin tidak dapat lahir spontan
kecuali bila janin kecil atau mati. Umumnya bila terdapat letak muka segera
dilakukan operasi seksio sesaria. Disebabkan oleh terjadinya ekstensi yang
penuh dari kepala janin, penolong akan meraba muka, mulut, hidung dan pipi.
Secara
Etiologi presentasi muka bisa terjadi karena sebagai berikut:
a. Panggul
sempit
b. Janin
besar
c. Multiparitas
d. Perut
gantung
e. Anensefal
f. Tumor
dileher
g. Lilitan
tali pusat
h. Teraba
dagu, dagu merupakan titik acuan sehingga terjadi presentasi muka dengan dagu
anterior dan posterior, sehingga terjadi partus lama. Pada dagu anterior
kemungkinan persalinan dengan terjadinya fleksi.
2.1.1.3 Presentasi
ganda
Presentasi ganda terjadi bila
ekstremitas (bagian kecil janin) prolaps disamping bagian terendah janin.
Persalinan spontan hanya biasa terjadi
jika janin sangat kecil atau mati dan maserasi. Persalinan macet terjadi pada
pase ekspulsi. (Prawirohardjo.2011)
1. Tanda
gejala:
Prentasi
ganda (Majemuk) terjadi jika prolaps tangan bersama dengan bagian terendah
janin, lengan yang mengalami prolaps dan kepala janin terdapat di rongga
panggul secara bergantian.
2. Penanganan:
Lengan
yang mengalami prolaps kadang-kadang dapat diubah posisinya:
1)
Bantulah ibu untuk mengambil posisi
knee-chest (posisi terendelenburg)
2)
Sorong tangan ke atas ke luar simfisis
pubis dan pertahankan di sana sampai timbul kontaraksi kemudian dorong kepala
masuk ke dalam panggul.
3)
Lanjutkan dengan penatalaksaan untuk
persalinan normal
4)
Jika prosedur gagal atau terjadi
prolapsus tali pusat, lakukan seksio sesarea.
2.1.1.4 Presentasi
bokong
1. Defenisi
dan kriteria
Letak
sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian terendah
(presentasi bokong). Dibagi menjadi:
a) Letak
bokong murni (frank breech) ialah bokong yang menjadi bagian depan, kedua
tungkai lurus keatas
b) Letak
bokong kaki (complete breech) yaitu disamping bokong teraba kaki, biasa disebut
letak bokong kaki sempurna jika disamping bokong teraba kedua kaki atau tidak
sempurna jika disamping bokong teraba satu kaki
c) Letak
lutut
d) Letak
kaki (incomplete breech presentation) yaitu presentasi kaki (obstetric
patologi; 132)
2. Diagnosis
Untuk
menegakan diagnosa maka yang harus dilakukan oleh seorang bidan adalah dengan
melakukan:
1) Anamnesis
Pergerakan
anak teraba oleh ibu di bagian perut bawah, ibu sering merasakan ada benda
keras (kepala) yang mendesak tulang iga dan rasa nyeri pada daerah tulang iga
karena kepala janin
2) Palpasi
Teraba
bagian keras, bundar, melenting pada fundus. Punggung dapat diraba pada salah
satu sisi perut, bagian kecil pada salah satu sisi yang berlawanan, diatas
simfisis teraba bagian yang kurang bundar atau lunak
3) Auskultasi
Denyut
jantung janin (DJJ) sepusat atau DJJ ditemukan paling jelas pada tempat yang
lebih tinggi (sejajar atau lebih tinggi dari pusat)
4) Vagina
toucher
Terbagi
3 tonjolan tulang yaitu kedua tubera ossis ischii dan ujung os sacrum, anus,
genetalia anak jika edema tidak terlalu besar dapat diraba
5) Perbedaan
antara letak sungsang dan kepala pada pemeriksaan dalam jika anus posisi
terendah maka akan teraba lubang kecil, tidaka ada tulang, tidak menghisap,
keluar mekonium, jika presentasi kaki maka akan teraba tumit dengan sudut 90º,
terasa jari-jari, pada presentasi lutut akan teraba patella dan poplitea. Pada
presentasi mulut maka akan teraba ada hisapan di jari, teraba rahang dan lidah.
Presentasi tangan siku: terasa jari panjang, tidak rata, patella (-).
6) Untuk
menentukan perbedaan tangan dan kaki: pada kaki ada kalkaneus, sehingga
terdapat tonjolan tulang yaitu mata kaki dan kalkaneus. Pada tangan hanya ada
mata di pergelangan tangan, kaki tidak dapat diluruskan terhadap tungkai, jari
kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki (obstetri patologi: 132)
3. Penyebab
letak sungsang
Penyebab dari letak sungsang antara lain
disebabkan oleh: prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air
ketuban masih banyak dan kepala relatif besar; hidramnion karena anak mudah
bergerak; plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu
atas panggul; bentuk rahim yang abnormal; kelainan bentuk kepala seperti
anensefalus dan hidrosefalus (obstetric patologi: 134)
4. Mekanisme
persalinan sungsang
Mekanisme
persalinan sungsang antara lain:
(a) Garis
pangkal paha masuk serong kedalam PAP. Pantat depan memutar ke depan setelah
mengalami rintangan dari otot-otot dasar panggul sehingga terjadi retrofleksi
badan untuk menyesuaikan diri dengan lengkungan panggul
(b) Pantat
depan tampak lebih dulu terlihat di vulva dengan trokanter depan sebagai
hipomoklion dan laterofleksi dari badan, lahirlah pantat belakang pada pinggir
depan perineum disusul dengan kelahiran panatan depan
(c) Setelah
bokong lahir terjadi putaran paksi luar agar punggung berputar sedikit ke depan
sehingga bahu dapat masuk pintu atas panggul (PAP) dalam ukuran serong dari
pintu atas panggul
(d) Setelah
bahu turun, terjadilah putaran paksi dari bahu sampai ukuran bisakrominal dalam
ukuran muka belakang dari pintu bawah panggul (PBP), oleh sebab itu punggung
berputar lagi ke samping
(e) Pada
saat bahu akan lahir, kepala dalam keadaan fleksi masuk pintu atas panggul
dalam ukuran melintang PAP. Kepala mengadakan putaran sehingga kuduk terdapat
dibawah simfisis dan dagu sebelah belakang
(f) Berturut-turut
lahirlah dagu, mulut, hidung, dahi dan belakang kepala (obstetric patologi:
136)
5. Prognosis
Bagi ibu: robekan perineum lebih besar,
jika ketuban pecah dini (KPD) dapat terjadi partus lama, dan infeksi. Sementara
bagi janin/anak: prognosis tidak terlalu baik karena adanya gangguan peredaran
darah plasenta setelah bokong dan perut lahir karena tali pusat terjepit.
Pertolongan persalinan dilakukan di
rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang dapat melakukan operasi; bila
menungkinkan lakuan versi luar; bila tidak berhasil lakukan persalinan sungsang
per vaginam atau SC.
6. Perhatian
Pertolongan persalinan spontan (Bracht)
pada primigravida sebaikan di RS dan harus dievaluasi ditakutkan ada kesulitan
pada after coming head (kepala lahir belakangan); kepala janin harus lahir
dalam waktu maksimal 8 menit sejak lahir sebatas pusat; pertolongan persalinan
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih agar persalinan aman dengan
syarat: pelvimetri klinis yang adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada
riwayat section cesaria (SC) dengan indikasi cepalo pelvik disproportion (CPD),
kepala fleksi, ikuti kemajuan persalinan dengan seksama menggunakan partograf;
jika ketuban pecah perhatikan adakah prolap tali pusat, jangan pecahkan
ketuban; apabila ada prolap tali pusat dan kelahiran pervaginam tidak
memungkinkan, lakuan SC; jika denyut jantung janin (DJJ) abnormal (<100 atau
>180 kali per menit) atau persalinan lama SC.
7. Ada
2 fase waktu memimpin persalinan
Ada
2 fase dalam menolong persalinan sungsang yakni:
(1) Fase
menunggu yaitu sebelum bokong lahir seluruhnya jangan lakukan klisteller karena
akan memudahkan terjadinya nuchal arm
(2) Fase
untuk bertindak cepat yaitu dilakukan setelah badan janin sudah lahir sampai
pusat diperlukan waktu 8 menit dan untuk mempercepat lahirnya kepala janin dapat
dilakukan manual aid
2.2 Distosia
Bahu
2.2.1
Definisi
Setelah melahirkan kepala, akan terjadi
putaran paksi luar yang menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang. Bahu pada umumnya akan
berada pada sumbu miring (oblique) dibawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu
mengedan akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada dibawah pubis. Bila bahu
gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring panggul dan
tetap berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi
benturan bahu depan terhadap simpisis.
Distosia bahu terutama disebabkan oleh
deformitas panggul, kegagalan bahu untuk “melipat” kedalam panggul (missal:
pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan pesalinan kala II yang pendek
pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalau cepat menyebabakan bahu
tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu
tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu bersalin
melipat masuk kedalam panggul.
2.2.2
Penanganan Umum
1.
Pada setiap persalinan bersiaplah untuk
menghadapi distosia bahu, khususnya pada persalinan dengan bayi besar.
2.
Siapkan beberapa orang untuk membantu
2.2.3
Diagnosa
1.
Kepala janin dapat dilahirkan tetapi
berada dekat vulva.
2.
Dagu tertarik dan meneksn perineum
3.
Tarikan pada kepala gagal melahirkan
bahu ynag terperangkap di belakang simfisis pubis.
2.2.4
Penanganan
1.
Buatlah episiotomi yang cukup luar,
untuk mengurangi obstruksi jaringan lunak dan memberi ruangan yang cukup untuk
tindakan.
2.
Dalam posisi ibu berbaring terlentang,
mintalah ia untuk kedua tungkainya dan mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke
arah dadanya. Mintalah batuan dua orang asisten untuk menekan fleksi kedua
lutut ibu kea rah dada.
3.
Dengan memakai sarung tangan yang telah
didisinfeksi tingkat tinggi
a. Lakukan tarikan yang kuat dan terus menerus
kea rah bawah pada kepala janin untuk menggerakkan bahu depan dibawah simfisis
pubis.
Catatan : hindari
tarikan yang berlebihan pada kepala yang dapat mengakibatkan trauma pada
pleksus brakhialis
b. Mintalah
seseorang asisten untuk melakukan tekanan secara simultan kearah bawah pada
daerah suprapubis untuk membantu persalianan bahu.
Catatan : jangan
lakukan tekanan fundus. Hal ini dapat mempengaruhi bahu lebih lanjut dan dapat
mengakibatkan ruptura uteri.
4.
Jika bahu masih belom dapat dilahirkan :
a.
Pakailah sarung tangan yang telah
disinfeksi tingkat tinggi, masukan tangan kedalam vagina.
b.
Lakukan penekanan pada bahu yang
terletak didepan dengan arah sternum bayi untuk memutar bahu dan mengecilkan
diameter bahu.
c.
Jika diperlukan, lakukan penekanan pada
bahu belakang sesuai dengan arah sternum.
5.
Jika bahu masih belom dapat dilahirkan
setelah dilakukan tindakan diatas:
a.
Masukan tangan kedalam vagina
b.
Raih humerus dari lengan belakang dan
dengan mejaga lengan tetap fleksi pada siku, gerakkan lengan kearah dada.
Tindakan ini akan memberikan ruangan untuk bahu depan agar dapat bergerak
dibawah simfisis pubis
6.
Jika semua tindakan diatas tetap tidak
dapat melahirkan bahu, pilihan lain adalah :
a.
Patahkan klavikula untuk mengurangi
lebar bahu dan bebaskan bahu depan,
b.
Lakukan tarikan dengan mengait ketiak
untuk mengeluarkan lengan belakang.
2.2.5
Syarat
(1) Kondisi
vital ibu cukup memadai sehingga dapat bekerjasama untuk menyelesaikan
persalinan.
(2) Masih
memiliki kemampuan untuk mengedan
(3) Jalan
lahir dan pintu bawah panggul memadai untuk akomodasi tubuh bayi
(4) Bayi
masih hidup atau diharapkan dapat bertahan hidupn
(5) Bukan
monstrum atau kelainan kongenital yang menghalangi keluarnya bayi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
I.
SUBJEKTIF
Tanggal:
06 maret 2015 Pukul:
17.00 WIB
IDENTITAS
Nama
Ibu : Ny. H Nama
Suami : Tn. S
Umur : 25 tahun Umur : 27 tahun
Suku :
Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan :
Karyawan
Alamat : Kp. Depan Alamat :
Kp. Depan
Pada tanggal 06 Maret 2015 Pukul
: 17.00 WIB
Ibu mengatakan
ingin memeriksakan kehamilannya. Keluhan ibu mengatakan tidak ada keluhan
akan kehamilannya. Ibu mengatakan ini
perkawinan pertama dengan status sah. Tidak ada kebiasaan seperti merokok,
konsumsi alkohol dan napza. Ibu mengatakan keluarga dan suami sangat mendukung
dengan kehamilan ini, imunisasi TT2 (TT1 pada usia 7 minggu dan TT2
pada usia kehamilan 16 minggu), ibu mengatakan hubungan seks dalam kehamilan 1
kali dalam satu minggu.
Ibu mengatakan
tidak ada riwayat penyakit keluarga seperti: hipertensi, diabetes mellitus,
keturunan kembar, sickle cell disease, alergi, epilepsi, penyakit jantung,
kelainan mental, kelainan kongenital. Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit
seperti : hipertensi, diabetes mellitus, sickle cell disease, riwayat alergi,
penyakit jantung, obat-obatan, psycosa postpartum, asma, batuk berkepanjangan,
penyakit ginjal.
Ibu mengatakan
tidak ada riwayat penyakit menular seksual seperti: sexual Transmited Infection
(STI), AIDS, pengeluaran vagina abnormal, luka/bengkak pada vagina, rasa nyeri
saat berkemih diare yang berkepanjangan. Tidak ada riwayat operasi dan tidak
ada riwayat ginekologi seperti : Salpingektomy, infertilitas, kehamilan
ektopik, operasi pada vagina, pelvic/uterus. Ibu mengatakan ini kehamilan
pertama, belum pernah melahirkan dan belum pernah keguguran. Ibu mengatakan
menstruasi pertama kali pada usia 12 tahun, teratur, lamanya 6-7 hari, 2-3 kali
ganti pembalut, tidak ada dismenorhea, ibu mengatakan HPHT 28 Agustus 2014. TP:
04 Mei 2015.
Pola makan: ibu mengatakan makanan
yang dikonsumsi sehari-hari yaitu nasi,sayur-sayuran, ikan, telur, buah-buahan,
frekuensi makan 3 kali sehari dan tidak ada keluhan seperti kelelahan, sakit
kepala, letih, lesu, sakit gigi, kehilangan selera makan, mual muntah
II.
OBJEKTIF
Tanggal 05 Maret 2015 Pukul : 10.00 WIB
Keadaan umum kurang baik, keadaan emosional stabil,
kesadaran composmentis, TD 120/80 mmHg, Nadi 82 x/menit, Pernapasan21x/menit,
Suhu 36.0° C, LILA 26 cm, Kepala tampak bersih tidak ada alopesia, tidak
rontok. Wajah tidak ada odema dan tidak ada cloasma. Mata konjungtiva kemerahan
tidak anemis, seklera tidak keputihan tidak icterik, Mulut tampak bersih tidak
pecah-pecah pada bibir, lidah tidak tampak pucat dan tidak ada karies pada
gigi. Pada leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening. Pada payudara bentuknya simetris kiri dan kanan, besar
masing-masing payudara seimbang, terdapat hiperpigmentasi pada aerola, puting
susu menonjol dan kondisi kulit lembut tidak ada kemerahan.
Ekstremitas
atas tidak ada nyeri genggam, tidak ada oedema dan yidak pucat pada telapak
tangan. Ekstremitas bawah tidak ada oedema, tidak ada varises refleks patella
pada kaki kiri (+) dan kanan (+).
Pada abdomen
tidak ada bekas luka operasi, bentuknya bulat, terdapat linea nigra, TFU 22 cm,
hasil palpasi Leopold I pada fundus ibu teraba kurang bulat, lunak dan tidak
melenting (bokong). Leopold II pada bagian kanan perut ibu teraba panjang,
memapan seperti papan (punggung), pada
bagian kiri perut ibu teraba bagian-bagian terkecil janin (ekstremitas).
Leopold III pada bagian simfisis ibu
teraba bulat, keras melenting dan
ektremitas atas (kepala dan tangan ) masih bisa digoyangkan, belum masuk PAP.
DJJ 128x/menit, teratur, punctum maksimum kuadrann kanan bawah perut ibu. TBJ
:1095 grm, Tidak dilakukan pemeriksaan anogenital.
III.
ASESSMENT
Diagnosa :
Ny. H umur 25 tahun G1P0A0 usia kehamilan 27 minggu
Janin tunggal, hidup, intrauterine, presentasi ganda, punggung kanan belum
masuk PAP.
IV.
PLANNING OF ACTION
Tanggal 06
Maret 2015 Pukul
: 17.00 WIB
1.
Memberitahu
kepada ibu hasil pemeriksaan, keadaan umum:baik, kesadara: Composmentis,
Keadaan emosional: Stabil, TD: 120/80mmhg, Nadi: 82 x/menit, Pernapasan:
21x/menit, Suhu: 36.0° C, LILA: 26 cm. DJJ: 128 x/m, TBJ :1095 gram. Ibu sudah
mengetahui hasi pemeriksaannya saat ini
2.
Memberikan
dukungan penuh kepada ibu agar ibu tidak
khawatir dan cemas dalam menghadapi kehamilannya. Ibu telah diberikan
dukungan penuh oleh suami dan keluarga
3.
Memberitahu
ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bernutrisi seperti nasi,
sayur-sayuran, ikan, daging, telur, buah-buahan. Ibu bersedia mempertahankan
konsumsi makanan yang bernutrisi.
4.
Menganjurkan
kepada ibu untuk istirahat yang cukup, yaitu 1-2 jam pada siang hari dan 7-8
jam pada malam hari. Ibu bersedia untuk mengautr pola istirahat yang cukup
5.
Memberitahu
ibu tentang tanda bahaya pada trimester II yaitu bengkak pada muka, tangan dan
kaki, pusing yang hebat, gerakan janin berkurang. Ibu sudah mengetahui tentang
tanda bahaya trimester II.
6.
Memberikan ibu
terapi suplemen tambahan seperti bundavin, licocalex 500 mg diminum 3x1 hari.
Ibu bersedia meminum suplemen tambahan.
7.
Melakukan
kolaborasi dengan dokter obgyn untuk
membantu proses persalinan
8.
Memberitahukan
ibu untuk melakukan kunjungan ulang yaitu pada tanggal 19 maret 2015 atau jika
ibu ada keluhan ibu dapat segera datang ke fasilitas kesehata. Ibu sudah
mengetahui jadwal kunjungan ulang dan bersedia melakukan kunjungan ulang bulan
depan.
BAB
IV
PEMBAHASAN
Malpresentasi
adalah semua presentasi janin selain vertex sementara malposisi adalah posisi
kepala janin relatif terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik referensi,
masalah; janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposisi kemungkinan
menyebabkan partus lama atau partus macet. (Rukiyah. 2010)
Presentasi
ganda terjadi bila ekstremitas (bagian kecil janin) prolaps disamping bagian
terendah janin. Persalinan spontan hanya biasa terjadi jika janin sangat kecil
atau mati dan maserasi. Persalinan macet terjadi pada pase ekspulsi.
(Prawirohardjo.2011)
Pada
kasus ini Ny. H Tidak tampak oedema
diwajah,tidak ada cloasma dan tidak ada anemi. Tekanan darah ibu 120/80 mmHg, Nadi 82 x/menit, Pernapasan21x/menit, Suhu 36.0° C, LILA 26
cm. tampak dari hasil USG terdapat presentasi ganda pada janin ibu.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Malpresentasi dalam kehamilan terbagi
menjadi beberapa masalah seperti presentasi dahi, presentasi muka, presentasi ganda, presentasi
bokong, dan distosia bahu. Presentasi dahi ialah keadaan dimana kedudukan
kepala berada diantara fleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian
terendah. Letak muka adalah letak kepala dengan defleksi maksimal, hingga
occiput mengenai punggung dan muka terarah ke bawah. Presentasi ganda terjadi
bila ekstremitas (bagian kecil janin) prolaps disamping bagian terendah janin. Letak
sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian terendah
(presentasi bokong). Distosia bahu setelah melahirkan kepala, akan terjadi
putaran paksi luar yang menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang. Bahu pada umumnya akan
berada pada sumbu miring (oblique) dibawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu
mengedan akan menyebabkan bahu depan (anterior) berada dibawah pubis. Bila bahu
gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring panggul dan
tetap berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan
bahu depan terhadap simfisis.
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin,
Abdul Bari. 2010. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakatra: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin,
Abdul Bari. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Rukiyah,
Ai Yeyeh. 2010. Buku Asuhan Kebidanan
Patologi. Jakarta: Trans Info Media
Saifuddin,
Abdul Bari, dkk. 2000. Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Sarwono Prawirohardjo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar